T e m u k a n T e m p a t d a n M a k a n a n F a v o r i t m u !

[REVIEW] Membuat Nasi Terasa Maknyus

Beras Maknyuss

Sudah dua minggu ini aku mencoba beras baru. Beras Maknyuss. Jika rajin menonton televisi pasti tau beras ini. Kenapa ya aku suka beras maknyuss ini? Ya itu, persis kayak iklannya...Karena beras Maknyuss...
"beras 3P, tanpa Pengawet, tanpa Pewangi, tanpa Pemutih...Pilihan tepat untuk nasi yang pulen daaan enak..." Yak...gitu bunyi iklannya di tivi.


Beras Maknyuss sebelum dan setelah dimasak

Jadi begini....Jujur, kalau untuk sarapan aku jarang makan nasi putih. Cenderung lebih memilih makanan lain, roti atau sereal, plus jus atau susu. Makanya badannya langsing kan? *dududu...Namun, hampir sebagian besar orang merasa belum sarapan jika tidak makan nasi. Buat mereka nasi plus lauk pauknya menjadi sarapan yang enak dan mengenyangkan. Termasuk anak-anakku. Jadi mau ga mau aku wajib gedebak gedebuk bangun pagi buat menyiapkan  sarapan mereka. Ngga masalah juga siih...aku kan wonder women bisa menyiapkan bahan masakannya dari malam. Pagi tinggal diolah. Lagipula sekalian bikin untuk bekal di sekolah mereka.  Selain buat sarapan, aku selalu menyiapkan bekal nasi beserta lauknya buat dibawa.mereka ke sekolah. Nasi+ capcay + ayam goreng, misalnya. Atau nasi goreng + frozen-an + buah.  Walau sudah sekolah menengah, putri sulung masih mau membawa bekal nasi dari rumah. Alasannya, ga mau antri makan di kantin sekolah.KAlau untuk si bungsu, aku buat tampilan nasi yang agak menarik. Bento? Ga lah. Gibe sudah ngga mau bawa bekal bento. Kayak anak TK, katanya. Sok gede deh. Yaa, buat Gibe aku bikin tampilan nasinya agak menariklah. Tetapi sederhana aja siy. Idenya bisa dari mana saja. Yang penting cepat dan singkat membuatnya. Nasi Bola-Bola, ini misalnya. Nasi yang baru masak (bukan nasi angetan ya) dibulat-bulatkan dengan dicampur smoked beef, kuning telur, atau brokoli.

Nasi Bola-Bola, bekal nasi buat Gibe


Dan yang pasti nasinya juga berasal dari beras pilihan. Beras pilihan di sini maksudnya adalah beras yang baik. Memilih beras yang baik itu mudah kok. Pertama lihat dulu dari tampilan berasnya, beras berwarna kekuningan jangan dipilih. Tetapi juga jangan memilih beras yang berwarna putih sekali. Agak-agak curiga kalau lihat beras putih banget. Takut sudah dicampur pemutih. Hindari juga beras yang ada kutunya dan banyak kerikilnya. Untuk lengkapnya ini dia hasil browsing tentang tentang beberapa cara yang bisa dilakukan dalam memilih beras agar terhindar dari beras campuran :

 


Balik lagi ke acara mencoba beras Maknyuss ini. Setelah ditanak, selain aromanya yang enak, nasi dari beras maknyuss mudah dibentuknya. Rasanya lebih enak dan pulen. Apalagi proses pencuciannya cukup sekali bilas, jadi cepat memprosesnya untuk di masak dan ngga khawatir zat patinya hilang saat kita mengkonsumsi beras itu menjadi nasi.  Dulu kan isu beras berformalin atau mengandung pemutih sempat membuat khawatir. Mencuci beras jadi berkali-kali sampai air bilasannya bening. Sampai terpikir gimana mau mendapatkan vitamin dari berasnya kalau bening begitu.  Nah, kalau beras maknyus ini cukup sekali bilas, karena tanpa pemutih dan pengawet.  Kualitas berasnya lebih bagus dan rasanya lebih pulen, butirannya juga utuh-utuh. Dan yang aku suka, harganya ngga mahal...*ibu2 gitu loh. Dan walau diklaim tanpa pewangi, nasi dari beras Maknyuss tetap wangi saat dan setelah ditanak. Hari Jumat kemaren, aku juga mencoba membuat nasi hainan dengan memakai beras Maknyuss ini. Jika dalam satu hari tidak ada rencana pergi kemana mana, aku suka sekali mencoba resep-resep yang sederhana aja. Dan lihat hasilnya....
Nasi Hainan. Tampilan nasinya bagus, harum, dan enak
Mau Nasi Hainan bikinanku? Ayo main ke rumah...
Ternyata beras Maknyuss dibuat menu apa saja tetap bagus. Tampilan nasinya tetap utuh, tidak blenyek. Lain waktu aku juga membuat nasi goreng dari beras ini. Untuk membuat nasi goreng yang enak aku menggunakan nasi semalam (bukan nasi baru matang). Karena nasi goreng lebih enak memakai nasi yang kering, kalau nasi baru tanak kan basah teksturnya agak lembek. Nasi lembek kalau dicampur demgan kecap dan bumbu nasi goreng bikin tambah lembek. Nasi goreng jadi kurang nikmat.  Saat aku menggunakan nasi kemarennya (dari beras maknyuss), nasinya masih bagus. Tidak berair. Menandakan bahwa beras yang ku masak itu tidak mengandung bahan kimia.

Hhmmm...jadi pengin bikin menu apalagi yaaa... 


Catatan Beras Maknyuss:

Beras Maknyuss merupakan produksi dari PT. Sukses Abadi Karya Inti, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang ricemill dengan pengolahan secara modern dan bernaung di bawah korporasi besar PT. Tiga Pilar Corporation.
Beras Maknyuss merupakan beras varietas IR64 berstandar ISO dan SNI yang telah diproses dengan teknologi tinggi sehingga:
Tanpa Pemutih
Diproses dengan teknologi modern tanpa bahan kimia untuk menghasilkan beras putih alami.

Tanpa Pengawet

Diproses dengan tingkat pengeringan optimal sehingga beras tahan lama tanpa menggunakan pengawet

Tanpa Pewangi

Diproses dan dikemas langsung untuk menjamin aroma alami beras tetap terjaga tanpa menggunakan pewangi.

Beras Maknyuss tersedia dengan tiga pilihan ukuran, yaitu 5 Kg, 10 Kg, dan 25 Kg. Saat ini beras Maknyuss sudah bisa diperoleh di Pasar Traditional, Toko Beras dan Kelontong, Mini Market, Supermarket bahkan Modern Outlet seperti :
Carrefour, Hypermart, Foodmart, Lotte Mart, Lotte Wholesale, Giant, Hero, Ranch Market, Farmers, Lion Superindo, Diamond, Tip Top, Naga, Alfamart dan AEON.

Menikmati Masakan Khas Sulawesi di Hotel Indonesia Kempinski




Ada Daging Pantallo, Ayam Gagape,  Sayur Poki-Poki,  dan Sayur Bunga Pepaya yang menjadi santapan siangku hari itu. Sedangkan Sop Konro dan Coto Makassar sengaja tak ku cicipi. Takut ketagihan...hihihi.
Untuk dessert-nya aku mencoba Klapertaart dan Barongko. Barongko merupakan makanan khas daerah Sulawesi Selatan, terbuat dari pisang yang dikukus bersama santan dan dibungkus dengan daun pisang. Barongko merupakan makanan penutup yang biasa disajikan bagi para raja. Sedangkan klapertaart, siapa yang tidak mengenal penganan dari Sulawesi Utara (Manado) ini. Hampir semua masyarakat nusantara mengakui kelezatannya. Biasanya membuat klapertaart dengan cara dipanggang, tetapi klapertaart ini tidak dipanggang, sehingga menghasilkan tekstur yang sangat lembut. Agak agak mirip custard.
Untuk masakan khas Maluku ada Gohu Tuna. Sajian ikan tuna mentah yang di siram dengan saos khas. Ini semacam shasimi Indonesia. Tetapi aku tak bisa mencobanya, tidak terbiasa memakan ikan mentah.

Barongko. Sulawesi Selatan - Makassar
Gohu Tuna

Iya, siang itu, Sabtu 5 September 2015, aku berkesempatan menikmati makan siang di Signature Restaurant, Hotel Indonesia Kempinski. Menurut jadwal, siang itu menu yang disajikan berasal dari pulau Sulawesi dan Maluku. Sengaja aku memilih menu daerah ini.
Berada kembali di Signatures Restaurant, kali ini Hotel Indonesia Kempinski Jakarta mempersembahkan sajian kuliner Indonesia dengan tema "5 Islands in 5 Weeks" . Acara ini diadakan dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan RI ke 70, dan juga perayaan ulang tahun Hotel Indonesia Kempinski Jakarta ke 53. Adapun maksud dari tema 5 Island in 5 Weeks adalah untuk mengangkat sajian-sajian khas dari 5 pulau besar di Indonesia. 
Dan menu Sulawesi yang kucicip hari itu menjadi menu dari pulau terakhir yang dihadirkan. Sebelumnya ada menu Sumatera (5-11 Agustus), Jawa (12-18 Agustus), Bali-Lombok (19-25 Agustus), dan Kalimantan (26 Agustus-1 September).

Signature Restaurant

Menilik masakan Sulawesi sebenarnya sangatlah banyak dan beragam. Ini dikarenakan Sulawesi terbagi menjadi 6 provinsi, yaitu sulawesi selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, dan Gorontalo. Dengan keberagaman adat dan budaya,  kekayaan makanan khas-nya pun jadi sangat beragam pula. 
Dan ikan menjadi andalan utama sebagai lauk juga campuran pada beberapa masakan. Sulawesi Tengah (Palu) misalnya, yang dikelilingi oleh lautan, maka hasil lautnya berupa ikan yang berlimpah membuat ikan menjadi hidangan nomor satu.
Secara keseluruhan masakan daerah Sulawesi memiliki rasa yang lebih kuat dan pedas, dibanding dengan masakan daerah asalku, Jawa Tengah yang cenderung memiliki rasa manis.

Sambil bersantap para pengunjung dihibur oleh tarian daerah Sulawesi.
"Sudah mencicipi udang tuturuga? Enak loh," begitu tawaran Chef Petty sambil membawa sebuah wadah yang kemudian ia letakkan di sebelah tulisan "Prawn Tuturuga". Aku pun langsung mengambil beberapa potong udang ke atas piring. Jadi ingat, kalau Sulawesi di tahun 2015 ini memang diharapkan untuk menjadi basis udang nasional.


Dengan masih memegang piring, aku pun berkenalan dengan perempuan yang memakai apron ini, Chef Petty Elliot. Guest Chef untuk acara 5 Islands in 5 Weeks, khusus untuk masakan Sulawesi-Maluku.
Untuk kemudian, beliau menawarkan lagi kekhasan lainnya lagi dari masakan Sulawesi, yaitu pisang, ubi, dan singkong. "Orang Sulawesi menggunakan pisang, ubi dan singkong sebagai pengganti nasi dalam menu sajiannya," begitu penjelasan sang chef yang sudah sering didaulat menjadi guest chef hampir di semua hotel bintang lima di Jakarta.

Pernah mengikuti audisi memasak di Inggris, Chef Petty memang senang memasak masakan Indonesia dan senang mengundang tetangganya untuk mencicipi masakannya. 

Sabtu itu, sambutan ramah dari pihak Signature benar-benar membuat aku begitu menikmati sajian kuliner Sulawesi. Apalagi Chef Petty Elliot juga sangat ramah menjelaskan kepadaku tentang ciri  khas dari makanan daerah yang beliau masak hari itu. Suatu kesempatan yang sangat berharga bisa duduk ngobrol dengan beliau.. Berawal karir di Indonesia (2001) sebagai seorang food writer di salah satu majalah ibukota, sebuah majalah yang konsen pada kaum ekspatriat. Beliau menulis tentang masakan Indonesia dari berbagai daerah di Indonesia dan masakan Eropa yang menggunakan bahan-bahan lokal.  Meski bersuamikan orang Inggris, namun darah Manado nya membuat ia tetap mencintai masakan Indonesia. 
Dan sampai sekarang beliau masih konsisten menulis di Now Jakarta Magazine dan Jakarta Globe.
Menurut chef yang juga hobi travelling ini, ia selalu terinspirasi memasak dari mengunjungi pasar-pasar di tiap daerah yang ia singahi. "Budaya makanan suatu daerah/negara adalah berasal dari pasar," begitu ujarnya..


Sebenarnya siang itu aku penasaran kepengin mencoba papeda ikan tongkol, yang juga merupakan makanan khas daerah sagu ini, tetapi baik papeda ikan tongkol dan ikan kuah khas Maluku tidak kujumpai.
Namun demikian, semua sajian khas Sulawesi yang berhasil ku cicipi telah  membuat rasa penasaranku akan masakan khas Sulawesi terpenuhi.
Salut dengan ide hotel bintang 5 ini dalam merayakan hari kemerdekaan bangsa Indonesia, mengingat yang datang ke restourantnya banyak warga dari negara lain juga. Semoga kuliner nusantara bisa menjadi kuliner favorit di mancanegara.